Walau Berat, Ramadhan Tetaplah Ramadhan



Tanpa terasa sudah memasuki separuh kedua Ramadhan, bulan penuh kemuliaan berjalan dengan cepatnya. Bulan suci yang selalu dinanti-nanti oleh lebih satu miliar umat muslim di seluruh dunia ini tak sampai dua pekan kedepan bakal meninggalkan kita.

By the way, semua orang tentu punya cerita tersendiri dengan bulan suci yang penuh berkah  tersebut, entah itu cerita gembira, sedih bahkan haru. Tak terkecuali aku, berlatarbelakang lahir dan besar di komunitas muslim (Aceh), tetapi Ramadhan kali ini, dikarenakan tengah mengabdi sebagai pendidik didalam satu program pemerataan pendidikan, harus menjalankan ibadah puasa di kawasan dimana muslim sebagai minoritas.

Berpuasa di kawasan timur Indonesia  dan jauh dari sanak keluarga di bumi Iskandar Muda sana adalah pengalaman pertamaku. Menjalankan puasa di daerah yang penduduk muslimnya “hanya” 30% -- bahkan berdasarkan statistik terakhir yang dikutip dari Wikipedia hanya 28% -- merupakan sebuah tantangan tersendiri yang telah menguatkan diri sebagai muslim sejati.
Baca selengkapnya »

Jejak Pesepak Bola Aceh di Timnas (Who The Next Ismed Sofyan?)

Ismed Sofyan (Foto; www.zimbio.com)
Akhir-akhir ini ditengah kebobrokan prestasi sepakbola nasional, kita seakan kembali bergairah dengan kedatangan tiga klub elit Eropa. Tak tanggung-tanggung raksasa English Premier League (EPL) Arsenal, Liverpool dan Chelsea, yang dalam waktu berdekatan menyambangi Gelora Bung Karno dalam kampanye Tour Asian mereka. Dengan mengandalkan pemain-pemain terbaiknya, mereka tampil “serius” menghadapi kumpulan pemain-pemain terbaik Indonesia.



Bukan rahasia lagi negara kita adalah pasar terbesar di Asia Tenggara, hal ini menjadikan lawatan ketiganya ke Indonesia lebih kepada strategi perluasan bisnis dan tentunya meraih pundi-pundi uang, Terlepas dari tujuan hadir ketiganya ke negara yang “hanya” berperingkat 170 FIFA, menghadapi klub top Eropa adalah suatu kebangggan dan juga momentum bagi pesepakbola kita untuk belajar dari pemain-pemain kelas dunia.



Menarik jika menilik susunan pemain asuhan pelatih Jackson F. Tiago pada laga melawan Arsenal dan Liverpool, dan pelatih Rahmad Darmawan pada laga melawan Chelsea. Sebagai putra Aceh, penulis miris, tak ada seorang pun pemain berdarah Aceh yang masuk ke dalam skuad. Pasti ada yang salah dengan pola pembinaan sepakbola Aceh!
Baca selengkapnya »

My Journey: Menikmati "Surga" di Puncak Kelimutu



 puncak gunung Kelimutu (Dok. Pri)
Masih ingat uang pecahan Rp 5000,- (Lima Ribu Rupiah) yang menjadi alat tukar resmi pada tahun 1990-an? bagi anda yang memorinya masih baik pasti dengan mudah mengingat gambar yang ada pada uang tersebut. Ya, di salah satu sisi uang tersebut, tepatnya di bagian belakang terdapat gambar Danau Tiga Warna Kelimutu di pulau Flores yang telah mendunia itu.


Pulau Flores memang begitu mempesona, tak salah apabila S.M. Cabot, seorang Portugis yang pertama kali menginvasi daerah tersebut pada empat abad yang lalu, memberikan nama dengan bahasa Portugis “Cabo des Flores” yang berarti “Tanjung Bunga”. Kenapa bunga? apalagi kalau bukan karena ketakjuban mereka atas keindahan pulau Flores. 

Salah satu sudut Flores yang membuat kita seakan-akan tengah berada di “Surga” adalah Danau Tiga Warna Kelimutu. Suatu keindahan yang luar biasa berupa fenomena alam yang tidak ada duanya di muka bumi, yakni Tiga Danau Kawah yang bisa berubah-ubah warna dengan sendirinya. Keajaiban alam yang dibangun oleh aktivitas geologi gunung Kelimutu, yakni gunung api aktif setinggi 1.690 m di atas permukaan laut.
Baca selengkapnya »

Sarjana Mendidik Asal Aceh Gelar Aksi Sosial Dari Aceh Untuk Lembata

tampak penampilan tarian "Tarek Pukhat" (Foto: Miswan Huda)

Menjadi seorang pendidik dalam program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T), bukan semata-mata bertugas untuk mengisi kekosongan tenaga pendidik di daerah 3T. Tetapi lebih dari itu, SM-3T dituntut untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung program pembangunan pendidikan di daerah 3T.


Hal inilah yang mendorong para Sarjana Mendidik asal LPTK Universitas Syiah Kuala Aceh penempatan kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar Aksi Sosial dari Aceh untuk Lembata dengan mengusung tema “Mengemas Generasi Emas Untuk Indonesia Emas”.

Berpusat di desa Babokerong, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata. Aksi sosial ini sendiri dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 6-8 Juli 2013. Kegiatan aksi sosial berlangsung lancar, banyak agenda yang disiapkan oleh para “Cekgu Aceh” dan panitia lokal. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: khitan massal, aneka lomba, pelatihan kepemimpinan, pertandingan olahraga, pementasan seni dan budaya dan bakti sosial.
Baca selengkapnya »

Stadion Halliwen Atambua, Potret Buram Sepak Bola Indonesia (Timur)

Stadion Halliwen Atambua (Dok. Pribadi)

Perjalanan Menuju Perbatasan antara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) – Negara Demokratik Timor Leste, membawa penulis kepada pemandangan yang menyesakkan dada. Tepat di kawasan Halliwen, kota Atambua ibukota kabupaten Belu, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat stadion sepakbola yang dulu sempat digadang-gadang akan menjadi stadion termegah di Atambua, namun kini hanya tinggal besi dan beton tua yang menghitung hari untuk roboh.
                                       
Bila kita perhatikan stadion Halliwen walau belum rampung, sudah dalam perencanaan pembangunan yang baik, terdapat tribun utama yang bisa menampung sekitar 1000 penonton. Tepat di bawah tribun di lengkapi dengan mess pemain dan kantor. Keliling stadion juga dibangun beton setinggi 3 meter. Luas lapangan sudah sesuai dengan standar Internasional. Belum lagi letak stadion yang strategis, hanya berjarak sekitar 500 meter dari Bandar udara Halliwen Atambua.

Tapi nyatanya kini, stadion Halliwen hanya jadi "bangkai" yang mungkin hanya menjadi pengganggu pandangan para pengguna jalan. Dari kejauhan kita mendapati pemandangan ternak yang sedang menikmati rumput stadion Halliwen dengan lahapnya. Ya, pemandangan yang aneh, seharusnya kita melihat sekelompok anak manusia sedang bermain si kulit bundar, bukan hewan. miris!
Baca selengkapnya »