Titik Balik Pesepak Bola: Cedera, Bangkit dan Lahir Kembali

Giuseppe Rossi (foto: www.mirror.co.id)
Minggu (20/10/2013) sore waktu Italia tengah berlangsung laga ketat lanjutan kompetisi Liga Italia Serie A antara tuan rumah Fiorentina versus Juventus. Secara mengejutkan La Viola -- julukan Fiorentina -- berhasil mengandaskan perlawanan anak-anak Kota Turin dengan skor 4-2. Ada satu nama yang menarik perhatian hari itu. Siapa lagi kalau bukan bintang Fiorentina, Giuseppe Rossi yang mampu mencatatkan hattrick pada laga di Artemio Franchi tersebut.

Siapa yang menyangka Rossi akan tampil tajam musim ini. Ia telah mencatatkan delapan gol dan sementara menjadi top scorer kompetisi di negeri pizza. Penyerang internasional Italia itu musim lalu sempat tenggelam setelah mengalami cedera lutut berkepanjangan saat masih berseragam Villareal.

Banyak yang beranggapan karier Rossi telah habis. Mantan pemain Parma dan Manchester United itu mendapatkan cedera lutut pertamanya pada Oktober 2011 dan absen selama enam bulan. Malang bagi Rossi, saat dokter mengganggapnya sudah mulai sembuh dan mulai berlatih bersama tim, lututnya kembali kambuh dan harus menepi lagi selama sepuluh bulan.
Baca selengkapnya »

Mampukah Timnas U-19 Sehebat Generasi Emas Belgia?

timnas U-19 (foto: goal.com)
Belum usai euforia keberhasilan timnas U-19 memenangi kejuaraan Piala AFF kelompok umur U-19 pada September lalu, kita kembali dibuat bangga dengan keberhasilan anak-anak Garuda muda melumat raksasa Asia, Korea Selatan pada babak kualifikasi Piala AFC U-19 di Jakarta (12/10/2013) lalu. Kemenangan tersebut membawa Indonesia menjadi pemuncak klasemen sekaligus lolos otomatis ke Piala AFC U-19 tahun 2014 di Myanmar.

Lewat tangan dingin Indra Sjafri dengan metode “blusukan”-nya telah menemukan mutiara-mutiara terpendam dari seluruh pelosok negeri. Mereka diramu menjadi sebuah tim yang solid, dan klimaksnya mampu memuaskan dahaga publik sepakbola Indonesia yang sudah menunggu lebih dari 20 tahun untuk merasakan gelar dilevel Asia Tenggara.

Bukan hanya gelar juara, kita juga disuguhi permainan menawan ala tiki-taka Barcelona -- versi Indonesianya pepepa --. Permainan bola-bola pendek dari kaki ke kaki dan mengandalkan serangan cepat lewat sayap fasih diperagakan oleh Evan Dimas Cs. Hasil statistik yang dilansir tim High Performance Unit (HPU) menunjukkan begitu lancarnya anak-anak Garuda muda melakukan passing hingga 500-600 kali per pertandingan, kontras dengan gaya permainan timnas senior yang masih banyak kesalahan passing layaknya pemain amatir.
Baca selengkapnya »

Ingat Timur, Ingat Musik Ambon

penyanyi pop Ambon, Doddie Latuharhary (foto: youtube.com)
Tak terasa telah memasuki pekan ketiga saya meninggalkan tanah Lembata, salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sempat mengabdi sebagai pendidik selama 1 tahun di bumi Flobamora itu, kini saya telah pulang ke daerah asal di provinsi paling ujung barat Indonesia, Aceh.

Rindu pastinya, keramah-tamahan orang timur seperti menarik saya untuk kembali kesana,tapi entah kapan terlaksana. Berjuta kenangan tertinggal di sana, senyum manis keluarga baru, teman dan anak didik masih tersimpan jelas diingatan. Belum lagi pembauran saya dengan masyarakat mengakibatkan telah terjadi pencampuran budaya, saya jadi tahu bahasa daerah, tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan segala kearifan lokal yang ada di sana.

Ngomong-ngomong soal kebiasaan, saya paham betul apa yang paling digemari orang timur. Jawabannya sederhana: musik! Ke sudut mana anda berada yang terdengar adalah musik. Di rumah-rumah, angkutan umum, warnet, terpasang speaker besar yang memekakkan telinga. Bagi mereka tiada hari hidup tanpa musik.
Baca selengkapnya »

Kisah Pahit “Timnas” Aceh dan Mimpi Membangun Sepak Bola




foto: zakasz.blogspot.com
Berbicara pembinaan sepakbola usia muda di Aceh tentu mengingatkan kita dengan 30 remaja Aceh yang berguru di Paraguay selama pada priode 2008-2011 lalu. Selama 3.5 tahun mereka belajar sepakbola di Negara Amerika latin tersebut yang biayanya sepenuhnya menggunakan uang rakyat mencapai 45 milyar.

Media-media lokal saat itu kompak menamai mereka dengan sebutan “timnas” Aceh. Sedahsyat itu kah? Yang jelas ekspektasi rakyat Aceh sangat besar saat itu. Suatu hal yang wajar mengingat selama berguru di Paraguay mereka menggunakan fasilitas yang dibiayai oleh rakyat,

Gubernur Aceh saat itu yang juga pemerkarsa program “timnas” Aceh, Irwandi Yusuf mungkin merujuk dari hadits Nabi Muhammad SAW “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China,”
Antusiasme awak Aceh terhadap sepakbola yang luar biasa tak sebanding dengan prestasi yang dicapai. Hal inilah yang mungkin mendasari beliau ngotot untuk mengirim atlet berguru ke luar negeri. Intinya adalah orang Aceh harus banyak belajar.
Baca selengkapnya »