Memilih Hidup Tanpa Rokok


Selama ini banyak teman bertanya-tanya pada penulis apa alasan kenapa tidak merokok? banyak diantara mereka yang mengatakan cowok yang tidak merokok katanya tidak gaul, kuper dan tidak menly. Mereka beranggapan lelaki yang tidak merokok berkonotasi cowok lemah, anak mami dan kurang lelaki. Sebagai minoritas (bukan perokok) penulis hidup diantara para perokok sebagai kaum mayoritas, tentunya banyak godaan dalam menjaga komitmen hidup sebagai orang anti rokok.

Mengutip dari sumber wikipedia, Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

Rokok mengandung ribuan zat dimana 50 persen diantaranya telah diklasifikasikan sebagai zat yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia. Bahan-bahan tersebut diantaranya adalah radioaktif Polonium-201, Acetone (bahan dalam cat), Amonia (pembersih toilet), naphthalene, DDT (pestisida) dan racun arsenik lainnya. Selain itu ketika dibakar, rokok mengeluarkan gas hidrogen sianida yang sering digunakan dalam kamar gas untuk hukuman mati. Belum lagi jika pembakaran tidak sempurna dapat menghasilkan gas karbon monoksida (CO) yang membuat darah sulit mengambil oksigen dari paru-paru. Masih banyak lagi kandungan berbahaya dari rokok yang tidak mungkin penulis tampilkan.


Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, dari data Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, ditemukan sebanyak 67,4 persen pria dewasa di Indonesia adalah perokok. Padahal data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 1995 menunjukkan sebanyak 53,4 persen pria dewasa di Indonesia yang merokok. Artinya, jumlah perokok di tanah air semakin meningkat.

Tidak Merokok Adalah Pilihan Hidup

Kembali bercerita tentang pengalaman penulis dengan benda bernama rokok, rata-rata anak-anak Indonesia khususnya di lingkungan sekitar penulis, berkenalan dengan rokok sedari umur 10-12 tahun atau masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Miris memang, tapi begitulah kenyataannya. Di masa tersebut penulis banyak menemukan teman-teman sebaya yang mulai mencoba-coba mengepulkan asap dari satu dua batang rokok.

Bagaimana dengan penulis sendiri, kontrol orang tua begitu ketat membuat penulis terhindar dari jeratan rokok diusia dini. Terlahir dari seorang ayah yang tidak merokok membuat sejak kecil dijaga ketat, ayah lah orang pertama yang mengajarkan nilai-nilai anti rokok. Memang cara yang digunakan ayah begitu keras, tapi apa yang dilakukan ayah berdampak sampai sekarang. Rasa takut terhadap ayah dimasa kecil membuat penulis menjadi terhindar dari bahaya rokok dan mungkin bisa berdampak berdampak buruk di masa depan.

Masa remaja penulis dilalui dengan indah, kegemaran terhadap sepakbola membuat penulis terhindar dari hal-hal negatif termasuk rokok. Bukannya tanpa godaan, semasa remaja teman-teman sebaya semakin berani menunjukkan identitasnya sebagai perokok. Ada sosok yang membuat penulis semakin yakin untuk memilih hidup tanpa rokok, sosok itu bernama Zulkarnain Sani atau biasa kami sapa dengan sebutan Om Jol. Pelatih sepakbola penulis di masa remaja. Beliau banyak menasehati bilamana ingin menjadi pemain sepakbola yang hebat, harus disiplin dan tidak merokok. Nasehat beliau selalu penulis ikuti sampai sekarang walaupun penulis tidak menjadi pesepakbola hebat. 

Beranjak dewasa, kontrol orang tua semakin berkurang tapi komitmen harus tetap terjaga. Hidup di perantauan memang banyak godaan, tapi hidup tanpa rokok adalah pilihan. Ilmu pengetahuan membuat penulis semakin mantap. Banyak informasi tentang bahaya merokok yang penulis dapatkan dari buku dan internet, semakin banyak pengetahuan semakin banyak tahu bahaya merokok. Kedewasaan mengantarkan kita untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak.

Pada kesimpulannya orang tua, aktivitas olahraga, pelatih atau guru, dan tentunya kemauan dari diri sendiri memberi pengaruh positif.
Perokok atau bukan anda adalah anda sendiri yang menentukan,

*****

Rizki Zulfitri, S.Pd
~ Lembata, 14 Februari 2013

Tidak ada komentar on "Memilih Hidup Tanpa Rokok"

Leave a Reply