TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU
WASIT SEPAKBOLA C-1 DAN C-2 KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012
Rizki Zulfitri *)
Abstrak:
Penelitian
yang berjudul:“Tingkat kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota
Banda Aceh Tahun 2012”. Wasit harus selalu fokus dan dalam keadaan fisik yang
prima sepanjang pertandingan, mengikuti laju pemain dan bola sedekat mungkin
sehingga tak ada hal yang luput dari perhatian
wasit. Seorang wasit dituntut mempunyai kebugaran jasmani yang baik serta
menjaga kebugaran fisiknya dengan melakukan latihan-latihan peningkatan kondisi
fisik secara rutin. Semakin baik kebugaran jasmani seorang wasit maka semakin
baik pula vo2 max atau kemampuan kapasitas vital parunya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Seberapa tinggi
Tingkat Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun
2012. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini tidak lepas dari permasalahan
yang ada, untuk mengetahui Tingkat Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan
C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh wasit sepakbola dengan sertifikat C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh
yang berjumlah 13 orang. Dengan rinciannya Wasit yang berlisensi C-1 sebanyak 4
orang, sedangkan Wasit yang berlisensi C-2 sebanyak 9 orang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang di gunakan adalah tes
kapasitas vital paru dengan menggunakan alat spirometer. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan
C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 mencapai 3453.85 ml dan termasuk kategori
sedang, dengan kapasitas vital maksimal 4350 ml dan minimal 2100 ml, yang termasuk dalam kategori baik sekali 0 orang dengan presentase (0%) dalam kategori baik 1 orang dengan presentase (7.69%)kategori sedang menunjukkan angka yang paling besar yaitu 6 pemain dengan presentase (46.15%), kategori kurang 5 orang dengan presentase (38.46%) dan kategori kurang sekali 1 orang dengan presentase (7.69%).
PENDAHULUAN
Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak
dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan
prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN Tap MPR No.
II/MPR/1988).
Dalam
sebuah permainan sepak bola kecuali para pemain tiap-tiap regu, juga tidak
kalah pentingnya adanya seorang wasit dibantu oleh dua asisten wasit dan
seorang wasit cadangan. Wasit adalah seseorang yang ditugasi untuk memimpin dan
mengatur permainan agar tidak terjadi kecurangan, pelanggaran yang membahayakan
dan lebih bersifat sebagai pengadil.
Tanpa
adanya seorang wasit permainan sepakbola akan menjadi permainan liar karena
tidak ada orang yang disegani untuk mengatur tata cara dan tata tertib
permainan. Untuk memimpin sebuah pertandingan seorang wasit dituntut adil dalam
arti tidak memihak kepada salah satu regu, jeli dalam arti mengetahui dengan
benar dan pasti peristiwa yang terjadi di lapangan, dan tegas tidak ragu-ragu
dalam mengambil keputusan. Untuk itu seorang wasit harus menguasai tata cara
dan peraturan permainan yang terus berkembang, maka seorang wasit diharuskan
mengikuti terus perkembangan yang selalu ada dalam sepakbola.
Manusia
memiliki daya tahan, kekuatan dan kesehatan yang berbeda-beda, pada prinsipnya
manusia ada yang memiliki daya tahan yang kuat dan ada juga yang memiliki daya
tahan yang lemah. Keadaan ini akan mempengaruhi manusia untuk melakukan
aktivitas yang berat maupun ringan. Dalam hal ini bisa dilihat seorang wasit
dengan wasit yang lainnya memilikai daya tahan, kekuatan, dan kesehatan yang
berbeda-beda.
Di samping alasan tersebut, alasan lain yang
mendukung penelitian ini adalah Seorang wasit dituntut mempunyai kebugaran
jasmani yang baik serta menjaga kebugaran fisiknya dengan melakukan latihan-latihan
peningkatan kondisi fisik secara rutin. Semakin baik kebugaran jasmani seorang
wasit maka semakin baik pula vo2 max atau kemampuan kapasitas vital parunya.
Keadaan kapasitas vital paru seorang wasit yang satu dengan wasit lainnya tentu
berbeda tergantung pada intensitas aktivitas fisiknya dan faktor-faktor
lainnya. Maka dengan hal ini, dengan mengukur kapasitas vital paru wasit bisa
dijadikan referensi dalam usaha peningkatan mutu wasit, khususnya wasit kota
Banda Aceh.
KERANGKA
PEMIKIRAN
Pernafasan
Arti pernafasan sebenarnya adalah pertukaran gas
antara tubuh dan sekitarnya, meskipun juga kadang-kadang berarti mengambil
(menarik) dan menghembuskan (mengeluarkan nafas). Oksigen (O2) masuk ke dalam
paru-paru dan udara keluar banyak mengandung karbondioksida (CO2). Di dalam
tubuh manusia ada dua kali pertukaran gas yaitu antara udara dan darah (dalam
paru-paru) dan di dalam jaringan antara darah dan sel-sel tubuh. Menarik nafas
(inspirasi) dan mengeluarkan nafas (ekspirasi) dan keduanya disebut pernafasan
(respirasi). Dengan demikian fungsi pernafasan adalah pertukaran gas dan
penguapan uap air melalui ekspirasi (Tjaliek, 1991:30).
Paru-Paru
Paru-paru merupakan
organ tubuh tempat terjadinya pertukaran gas dari udara dan darah. Paru
menempati hampir dari seluruh ronggga dada (toracic). Paru kanan lebih besar
dari paru sebelah kiri, sebab di sebelah kiri terdapat jantung. Permukaan paru
tidak halus yang mengandung serangkaian celah yang membaginya menjadi
lobus-lobus. Lobus-lobus ini terbagi lagi menjadi sub lobus atau segmen yang
dengan pembuluh darah dan bronchus yang berbeda-beda dalam paru yang mengandung
kurang lebih 300 juta alveolus (Lukmanto, 1996)
Anatomi Paru
Batang tenggorok
(trachea) ini bercabang dua masing-masing dinamakan bronchus, satu untuk
paru-paru kiri dan satu paru-paru kanan. Tiap cabang bronchi besar bercabang
lagi menjadi beberapa cabang lagi dan seterusnya sampai cabang yang semakin
sempit.
Dinding trachea ini
berupa cincin tulang rawan yang satu dengan yang lainya dihubungkan oleh jaringan
pengikat sehingga merupakan paru yang supel dan kokoh.
Dindingnya makin ke
ujung mekin menipis dan tulang rawanya makin berkurang. Bronchi yang halus ini
dinamakan bronchioli. Pipa bronchi yang halus dinamakan bronchioli respiratori,
yang akhirnya melebar merupakan kantong berbentuk corong (acinus).
Dinding acinus ini tidak rata, merupakan gelembung-gelembung paru (alveoli).
Kapasitas Vital
Paru dan Kerja Paru
Organ tubuh yang memilki suatu peranan yang penting
dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Letak paru-paru di dalam rongga dada
yang terdiri dari jaringan elastis
Fungsi paru adalah pertukaran oksigen dan karbon
dioksida (Evelyn, 1993:219). Dalam bernapas setiap orang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda ada yang banyak dan ada yang sedikit. Volume udara yang dapat
dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas atau pengeluaran napas
paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru (Evelyn, 1993:221).
Selain daripada bentuk anatomis seseorang, faktor
utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah (1) posisi orang tersebut
selama pengukuran kapasitas vital, (2) kekuatan otot pernapasan, dan (3)
distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut compliance paru-paru.
Kapasitas vital rata-rata pada manusisa muda kira-kira 4,6 liter, dan pada
wanita dewasa muda kira-kira 3,1 liter, meskipun nilai-nilai itu jauh lebih
besar daripada beberapa orang dengan berat badan yang sama daripada orang lain.
Orang tinggi kurus biasanya memiliki kapasitas vital paru lebih besar daripada orang
gendut, dan seorang atlet yang terlatih baik mungkin mempunyai kapasitas vital
30 sampai 40 persen diatas normal yaitu 6 sampai 7 liter (Guyton, 1997:155).
Fungsi
Paru
Paru-paru merupakan
organ tubuh tempat terjadinya pertukaran gas dari udara dan darah. Paru
menempati hampir dari seluruh ronggga dada (toracic). Paru kanan lebih besar
dari paru sebelah kiri, sebab di sebelah kiri terdapat jantung. Permukaan paru
tidak halus yang mengandung serangkaian celah yang membaginya menjadi
lobus-lobus. Lobus-lobus ini terbagi lagi menjadi sub lobus atau segmen yang
dengan pembuluh darah dan bronchus yang berbeda-beda dalam paru yang mengandung
kurang lebih 300 juta alveolus (Lukmanto, 1996)
Fungsi utama paru
adalah tempat untuk pertukaran gas. Pada inspirasi udara atmosfer memasuki
saluran nafas dan masuk ke dalam alveoli. Oksigen berdifusi dari alveolus
melalui alveoli–alveoli ke dalam darah dan karbondioksida berdifusi dari darah
ke dalam alveolus proses ini dikenal sebagai respirasi. Pada waktu ehalasi, berpindah
dari alveoli ke jalan nafas pertukaran udara antara atmosfer dan paru disebut
ventilasi (Wilkins, 1989:3).
Volume Paru
Volume yang
tertinggal disebut sebagai volume sisa. Menurut Guyton (1997:154) volume
paru-paru dituliskan empat volume paru bila semuanya dijumlahkan sama dengan
volume maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini adalah
sebagai berikut:
1) Volume tidal adalah volume yang di inspirasi atau di
ekspirasi pada setiap kali bernafas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada
orang dewasa muda.
2) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra
yang dapat di inspirasi setelah dan di atas volume tidal, dan biasanya mencapai
3000 ml.
3) Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara yanh
masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada
keadaan normal besarnya kira-kira adalah 1100 ml.
4)
Volume residu yaitu
volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat,
volume ini kira-kira 1200 ml.
Faktor yang mempengaruhi Volume
dan Kapasitas Vital Paru
Menurut Harry
(1989:126) berbagai macam volume dan kapasitas paru tidak hanya dipengaruhi
oleh ukuran dan pengembangan tubuh, tetapi juga oleh posisi tubuh. Apabila
seseorang dalam keadaan berbaring, sebagian besar volume akan menurun hal ini
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu: Pertama, organ-organ yang ada di dalam
rongga perut cenderung mendorong diafragma dan sebagai akibatnya dipengaruhi
gravitasi pada posisi terlentang. Yang kedua, karena terjadi peningkatan volume
darah pulmonal sebagai hasil dari perubahan tekanan hemo dinamik.
Selain daripada bentuk anatomis
seseorang, faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah: 1)
posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, 2) kekuatan otot
pernapasan, dan 3) distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut
compliance paru-paru.
Pengukuran
Kapasitas Vital Paru
Untuk mengukur
kapasitas vital paru dapat digunakan alat yang disebut spirometer. Dimana
spirometer ini ada dua buah yaitu spirometer air dan spirometer udara, disini
peneliti menggunakan spirometer udara. Sebagai catatan usahakan pada saat
meniup jangan samapai ada udara yang keluar melalui hidung karena bias
megurangi hasil pengukuran yang ada pada tabung tersebut.
Tjaliek (1991:38)
mengemukakan untuk mengukur udara kapasitas vital paru sebagai berikut: Masukan
udara yang dikeluarkan lewat mulut setelah melakukan pengambilan nafas maksimum
ke dalam alat spirometer, melalui selang sampai tak bisa mengeluarkan nafas
lagi. Selama mengeluarkan nafas tidak boleh berhenti, apalagi mengambil nafas
dan posisi badan dalam keadaan tegak.
Setelah diadakan
tes dengan spirometer maka norma nilai dan klasifikasi tingkat kapasitas vital
paru seseorang dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1 Norma Penilaian dan Klasifikasi
Kapasitas Vital Paru (Liter)
No
|
Klasifikasi
|
Nilai
|
1
|
Baik
Sekali
|
>4.48
|
2
|
Baik
|
>3.91-4.47
|
3
|
Sedang
|
3.05-3.90
|
4
|
Kurang
|
2.48-3.09
|
5
|
Kurang
Sekali
|
<2.47
|
Sumber :
Puskesjasrek (1986:12)
Kaitan Sepakbola
dengan Kapasitas Vital Paru
Seseorang akan
mempunyai kapasitas vital paru yang besar. Pada atlet terlatih misalnya
perenang, pembalap sepeda, pemain sepakbola dan cabang jenis olahraga aerobik
(Tjaliek, 1991:28). Tidak mungkin untuk meningkatkan prestasi dibidang olahraga
tanpa memperhatikan masalah pernafasan, karena masalah pernafasan bagi para
olahragawan sangat menentukan sekali, disamping faktor-faktor lain yang diperlukan.
Masalah pernafasan harus dihadapi secara khusus, melalui pembinaan dan latihan
khusus, sehingga setiap olahragawan dapat mencapai target nilai volume.
Merupakan persyaratan dalam pembinaan para olahragawan lebih lanjut dalam
meningkatkan prestasinya (Usin, 1984:11).
Hubungan
Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru
Pada perubahan
terhadap organ tubuh akibat olahraga, ada 2 organ tubuh yang terjadi
bersama-sama dan sukar dipisahkan perubahannya. Pernapasan dan peredaran darah
sering disebut dengan cardio respiratori, sedang otot dan saraf disebut
neuro muscular. Pada cardiorespiratori dapat dipastikan pada orang
berolahraga akan terjadi kenaikan fungsi dari respirasi maupun kenaikan dari cardio
(termasuk darah dan pembuluhnya), ialah dengan terengah-engah dan
berdebar-debar.
Dengan demikian
hubungan antara olahraga dan kapasitas vital paru sangatlah berkaitan erat
karena seseorang yang memiliki kapasitas vital paru yang baik maka dalam
melakukan aktivitas olahraga dia tidak mudah merasakan mudah lelah dan dengan
berolahraga teratur maka orang tersebut kapasitas vital parunya akan terawat
dengan baik.
Wasit
dan Perwasitan
Wasit adalah pengatur pertandingan di lapangan.
Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain dan pelatih
dan ofisial sebuah tim. Wasit juga memiliki perlindungan penuh dari Federasi
Internasional Sepak Bola (FIFA) sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia atau
dari lembaga sepak bola di suatu negara. Peran wasit sangat penting demi
terselenggaranya sebuah pertandingan sepak bola dengan teratur.
Perwasitan salah satu bagian yang penting dalam
usaha peningkatan olahraga, sebab keadaan wasit itu dapat mempengaruhi
permainan para pemain dan mempengaruhi pertandingan serta menjaga kualitas
pertandingan tersebut. Wasit adalah seseorang yang ditugasi untuk memimpin
suatu pertandingan agar pertandingan bisa berjalan lancar, aman, teratur dan
tidak menimbulkan hal-hal yang membahayakan.
METODE
Suatu penelitian yang tertuju pada masalah yang timbul pada masa sekarang
ini dinamakan penelitian diskriptif, Surachmad (1982:139) mengatakan penelitian
diskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian ini termasuk ke dalam
penelitian deskriptif-kuantitatif, ialah suatu penelitian yang menggambarkan
dan menjelaskan dengan bentuk bilangan atau angka.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Rancangan design penelitian yang
digunakan adalah tes tingkat
kapasitas vital paru dengan mewajibkan testee melakukan instrumen tes kapasitas
vital paru. Desain penelitian yang digunakan adalah “desain one-shot case
study”. Yang dimaksud dengan one shoot case study adalah
pengumpulan data dengan metode sekali tembak (Arikunto, 2001:79).
HASIL
Hasil
Penelitian
Data pengukuran
kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh tahun
2012 di peroleh hasil penelitian yang di uraikan dalam tabel 2 yang ada di
bawah ini;
Tabel
2 Hasil Tes Kapasitas Vital Paru Wasit-wasit
Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Nama
|
Umur (tahun)
|
Lisensi
|
Nilai (mililiter)
|
Klasifikasi
|
1.
|
Adhi Sismanto
|
29
|
C-2
|
4350
|
Baik
|
2.
|
Agus Biar Setiawan
|
30
|
C-2
|
3400
|
Sedang
|
3.
|
Anwar
|
43
|
C-1
|
3000
|
Kurang
|
4.
|
Faurlurossi
|
31
|
C-1
|
3800
|
Sedang
|
5.
|
Hendra Saputra
|
30
|
C-2
|
3650
|
Sedang
|
6.
|
Hendrika Saputra
|
27
|
C-2
|
3850
|
Sedang
|
7.
|
Indra Gunawan
|
38
|
C-2
|
3000
|
Kurang
|
8.
|
Jailani
|
45
|
C-2
|
3000
|
Kurang
|
9.
|
Khalid Almakmum
|
35
|
C-1
|
3200
|
Sedang
|
10.
|
Mardani
|
38
|
C-1
|
2600
|
Kurang
|
11.
|
M.Rusdi
|
40
|
C-2
|
2850
|
Kurang
|
12.
|
Saidi Bakri
|
44
|
C-2
|
3100
|
Sedang
|
13.
|
Syamsudin
|
45
|
C-2
|
2100
|
Kurang
Sekali
|
(Sumber: Data Hasil
Penelitian)
Deskriptif
Data Hasil Penelitian
Data pengukuran
kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun
2012 di peroleh hasil tabel 3 yang ada di bawah ini;
Tabel 3 Rangkuman Hasil Perhitungan
Statistik Deskriptif Kapasitas Vital Paru Wasit-wasit Sepakbola C-1 dan C-2
Kota Banda Aceh Tahun 2012
Sumber variasi
|
Kapasitas Vital Paru (ml)
|
Rata-rata
|
3453.85
|
S
|
612.12
|
S2
|
374690.89
|
Maksimal
|
4350
|
Minimal
|
2100
|
Modus
|
3000
|
Median
|
3100
|
N
|
13
|
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas vital paru pada wasit
sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 mencapai 3453.85 ml dan
termasuk kategori sedang, dengan kapasitas vital maksimal 4350 ml dan minimal
2100 ml.
Distribusi
Kapasitas Vital Paru
Berdasarkan hasil
pengukuraan kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda
Aceh tahun 2012 pada lampiran diperoleh hasil tabel 4 yang ada dibawah ini:
Tabel
4 Distribusi
kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh tahun
2012
Klasifikasi
|
F
|
%
|
Baik Sekali
|
-
|
0 %
|
Baik
|
1
|
7.69%
|
Sedang
|
6
|
46.15%
|
Kurang
|
5
|
38.46%
|
Kurang Sekali
|
1
|
7.69%
|
Jumlah
|
13
|
99.99%
|
(Sumber:
Data Hasil Penelitian)
Berdasarkan tabel 4
diketahui bahwa sebagian besar wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh
tahun 2012 yaitu 0 orang (0%) kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali,
1 orang (7.69%) memiliki kapasitas vital paru dalam kategori baik, 6 orang
(46.15%) memiliki kapasitas vital paru dalam kategori sedang, selebihnya yaitu
5 orang (38.46%) memiliki kapasitas vital paru kurang dan 1 orang (7.69%)
kapasitas vital paru dalam kategori kurang sekali.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil
analisis deskriptif persentase bahwa kapasitas vital paru wasit sepakbola C-1
dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 dengan jumlah wasit 13 orang yang
termasuk dalam kategori baik sekali 0 orang dengan presentase (0%), dalam
kategori baik 1 orang dengan presentase (7.69%), kategori sedang menunjukkan
angka yang paling besar yaitu 6 pemain dengan presentase (46.15%), kategori
kurang 5 orang dengan presentase (38.46%) dan kategori kurang sekali 1 orang
dengan presentase (7.69%).
Berdasarkan hasil
di atas menunjukkan tidak adanya wasit yang mempunyai tingkat kapasitas vital
paru dalam kategori baik sekali. Hal ini dapat dimaklumi mengingat untuk
mendapatkan tingkat kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali sangat
berat, butuh latihan yang kontinu dan dalam waktu yang lama. Biasanya kategori
ini hanya sanggup diisi oleh atlet yang masih aktif, masih berusia muda, dan
menekuni olahraga dengan tingkat kebugaran fisik yang bagus contoh sepakbola,
atletik, basket, dan lain-lain.
Dalam kategori baik
hanya terdapat 1 orang, dengan nilai kapasitas vital paru 4350 mililiter. Nilai
tersebut adalah nilai maksimum, nilai terbesar dibanding wasit-wasit yang lain.
Melihat latar belakang peserta tes tersebut adalah seorang anggota Tentara
Nasional Indonesia yang masih aktif dan masih berusia muda untuk seukuran wasit
(29 tahun) dan masih dijenjang daerah (lisensi C-2) memungkinkan untuk
berkembang ke jenjang yang lebih baik.
Berikutnya, dalam
kategori sedang terdapat 6 orang. Bisa di katakan kategori ini adalah kategori rata-rata,
karna sebagian besar wasit berada dalam kategori ini. Dalam kategori ini
terdiri dari wasit-wasit yang masih muda yang masih memungkinkan untuk
berkembang. Karier yang masih panjang mambuat wasit termotivasi menjaga kondisi
kebugaran fisiknya dengan rutin melakukan latihan-latihan, baik untuk menjaga
maupun meningkatkan kebugaran fisiknya masing-masing.
Berikutnya,
Kategori kurang terdapat 5 orang wasit. Melihat latar belakang wasit yang
berada dikategori ini adalah wasit-wasit yang sudah mendekati masa pensiun.
Umur yang tidak lagi muda mengurangi kemampuan fisik seorang wasit. Motivasi
untuk mengembangkan karier sudah tidak seperti saat mereka masih muda.
Kemampuan beliau-beliau untk memimpin pertandingan patut dipertanyakan
mengingat kebugaran fisiknya yang kurang memadai.
Berikutnya, kategori
kurang sekali tedapat 1 orang. Dengan nilai kapasitas vital paru 2100
mililiter, terendah di banding wasit-wasit yang lain. Melihat latar belakang
peserta tes yang sudah berusia 45 tahun merupakan salah satu faktor yang
mengurangi kemampuan fisiknya. Di tambah dengan kurangnya aktivitas menjaga
kebugaran jasmani, serta kebiasaan merokok membuat beliau bisa dikatakan tidak
layak memimpin sebuah pertandingan bersifat resmi.
Hasil ini
menunjukkan bahwa kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh
tahun 2012 dalam kategori sedang, yang mengindikasikan bahwa kemampuan untuk
mengkonsumsi oksigen dalam paru secara maksimal masih tergolong sedang. Hal ini
disebabkan oleh porsi latihan aerobik yang masih kurang di lakukan oleh wasit
sendiri dalam peningkatan kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2
kota Banda Aceh. Sehingga kapasitas vital paru para wasit sepakbola kota Banda
Aceh kerjanya belum optimal sesuai
dengan kebutuhan dalam tugas sebagai pemimpin pertandingan sepakbola.
PENUTUP
Simpulan
Tingkat Kapasitas vital paru pada
wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 menunjukkan nilai
tertinggi dalam kategori baik dan nilai terendah dalam kategori kurang sekali dengan
nilai rata-rata dalam kategori sedang. Dari seluruh wasit sebagian besar
memiliki kapasitas vital paru dalam kategori sedang. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012
sebagian besar belum mencapai kapasitas vital paru yang sesuai standar (dalam
kategori baik).
Tingkat Kapasitas vital paru
wasit-wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Kota Banda Aceh tahun 2012 secara
perseorangan banyak yang dalam kategori baik ada yang dalam kategori sedang dan
ada yang dalam kategori kurang bahkan ada yang dalam kategori kurang sekali.
Saran
Para wasit hendaknya menjaga
kondisi fisiknya masing-masing dengan menggunakan porsi latihan yang lebih menekankan pada
latihan-latihan aerobik yang dapat meningkatkan kapasitas vital paru secara
optimal.
Komisi wasit PSSI cabang Kota
Banda Aceh hendaknya mengawasi serta memberikan porsi latihan yang sesuai
dengan standar perwasitan cabang olahraga kepada para wasit dengan menggunakan
intensitas, frekwensi, lama latihan dan macam latihan peningkatan kondisi
fisik.
Dilakukan penelitian ulang,
dengan materi yang sama tetapi dengan daerah yang lebih luas misalnya Provinsi
Aceh sebab pekembangan persepakbolaan yang semakin maju menuntut wasit yang
baik mengenai teknik, pengetahuan maupun tingkat kondisi fisiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang
Slameto, H. S.Sos, 2001, Rangkuman Peraturan Perwasitan, Materi
Kursus Perwasitan Sepakbola C II
dan C III Pengda PSSI Jawa Tengah.
Guyton
Artur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Jilid II, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Hasjim
Efendi. 1983. Fisiologi Pernafasan dan
Pathofisiologi, Bandung.
Jos
Usin, 1984. Pernafasan Untuk Kesehatan, Bandung: Rusli Lahani Yunus.
Jusnul
Hairy. 1987. Fisiologi Olahraga,
Jakarta: Depdikbud.
M.T.
Drajat. 1986. Anertesiologi, Jakarta:
Aksara Medisina.
Pearce Evelyn,
1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para
Medis, Jakarta: Gramedia Pustaka.
Petrus
Lukmanto. 1987. Sistem Pernafasan,
Jakarta: Depdikbud.
R.
Sukarman, 1999. Dasar Olahraga,
Jakarta: Inti Idayu Press.
Sudjana, 2005. Metoda
Statistika Edisi 6, Bandung:
Tarsito.
Suharsimi Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sutrisno
Hadi, 1993. Statistik 1, Yogyakarta : Fakultas Psik. UGM.
----------------2000.
Statisitk
jilid II, Yogyakarta: Andi Offset.
Tjalik
Soegiardo. 1992. Ilmu Faal, Jakarta: Depdikbud.
Wilkin
Rober L. 1989. Auskultasi Paru,
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
William
F. Ganong. 1983. Fisiologi Kedokteran,
Jakarta: Anggota IKAPI.
Wirawan, 1976. Pernafasan, Jakarta: CV Akadoma.
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com