Askopma Unsyiah (foto: www.up4b.go.id) |
Tampak seorang pemuda berusia dua
puluh tahunan sedang berjalan dengan ayunan langkah kaki yang agak dipercepat.
Parawakannya begitu asing, tampak berbeda dengan pemuda-pemuda di sekitarnya.
Dengan tas ransel warna hitam Ia menuju sebuah tempat sambil sesekali melempar
senyum hangat khasnya.
Yopie,
begitulah pemuda itu biasa disapa. Laki-laki kelahiran Timika, Papua ini adalah
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh. Ia kini sudah memasuki
semester ke empat berkuliah di kampus jantung hati rakyat Aceh itu. Selama menetap
di Aceh, Yopie tinggal di kompleks Asrama Putra milik kampus Unsyiah.
Orangnya
ramah dan bersahaja, tak lupa Ia menyapa kala saya bertemu dengannya sore itu. Kami
pun larut dengan obrolan-obrolan santai bak dua sekawan yang telah kenal lama. Yopie
pun mulai bercerita tentang kesannya selama menetap di tanah Serambi Mekkah.
“Aku
betah di sini bang, orang Aceh baik-baik,” ujarnya dengan logat timur yang
sangat kental.
Laki-laki
bertubuh tegap ini tak sungkan menceritakan kesehariannya selama di tanah
perantauan. Kadang Ia membanding-bandingkan banyak hal tentang Aceh dan Papua
yang terdengar lucu.
“Papua
dengan Aceh itu sama-sama mahal. Tapi kalau di Papua aku tidak pernah makan nasi
di warung. Orang Papua tidak suka makan di warung, kami kalau mau makan harus masak
sendiri bang,” ceritanya polos.
Obrolan
kami menjadi sedikit serius ketika membahas tentang pendidikan di tanah Papua. Yopie
sangat menyayangkan adanya kesenjangan pendidikan antara Papua dan daerah lain
di Indonesia. “Di Papua pendidikan masih kurang sekali. Guru juga kurang,
lapangan pekerjaan di sana banyak tapi orang Papua sekolahnya tidak tinggi bang,”
ujarnya miris.
Suasana
agak hening saat penulis mencoba menanyakan tentang kebutuhan spiritualnya
selama berada di tanah rencong. “Aku kalau hari minggu pergi ke Sembahyang ke
Peunayong bang,” ujarnya.
Ya,
masalah agama memang persoalan sensitif. Yopie adalah seorang Kristiani, saban
minggu dia harus ke Gereja untuk beribadah. Sedangkan kita tahu Aceh adalah
provinsi yang masyarakatnya mayoritas muslim dan kental dengan tradisi
keislamannya. Tapi itu bukan menjadi hambatan bagi Yopie untuk tetap dekat dengan
Tuhannya. Rasa toleransi orang Aceh yang tinggi membuatnya tetap tenang dan
nyaman beribadah.
Indonesia Satu
Pertengahan tahun 2012 lalu Yopie bersama 31 mahasiswa dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pertama kali menginjakkan kaki di tanah rencong. Mereka datang bukan untuk main-main, di pundak mereka lah masa depan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berada.
Yopie adalah salah satu dari ratusan mahasiwa asal Papua yang telah lulus seleksi mengikuti program Afirmasi Pendidikan Tinggi. Program ini merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti, Kemdikbud) serta Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B).
Putra-putri terbaik Papua tersebut mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di 39 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di 29 kota di Indonesia. Unsyiah adalah salah satu PTN yang mendapat kepercayaan dari Kemendikbud untuk menampung putra-putri harapan Papua itu.
Tercatat
kini sudah ada dua angkatan putra-putri Papua yang menuntut ilmu di Unsyiah. Angkatan
pertama datang pada September tahun 2012 lalu, sedangkan angkatan kedua pada pertengahan
tahun lalu. Mereka berguru di berbagai disiplin ilmu yang ada di kampus
Unsyiah.
Selama
di Aceh duta-duta Papua itu menetap tidak berjauhan, mereka tinggal dan berbaur
dengan mahasiswa lainnya di dalam kompleks Asrama Koperasi Mahasiswa (Askopma).
Putra Papua tinggal di kompleks Asrama Putra Unsyiah, sedangkan yang putri
mendiami Asrama Kompas Unsyiah. Kedua asrama tersebut letaknya sangat
berdekatan, jarak untuk menuju kampus juga hanya sekitar satu kilometer saja.
Di
dalam kompleks Askopma ini terjadi proses pembauran yang melahirkan begitu banyak
cerita. Askopma Unsyiah dahulunya hanya dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa asal
Aceh dari berbagai latar suku, mulai dari suku Aceh, Gayo, Kluet dan Alas. Kini
dengan hadirnya teman-teman dari Papua membuat Askopma menjadi semakin kaya
akan keberagaman.
Mahasiswa-mahasiswa
Papua itu mampu bersosial dengan baik. Mereka tak sungkan-sungkan lagi
bercengkrama bersama teman-teman Acehnya. Kadang mereka ikut bermain futsal dan
bola voli bersama di lingkungan Askopma, atau duduk bercerita sambil menikmati
senja seperti saya dan Yopie lakukan hari itu.
Semua
yang tinggal di Askopma ini menyatu tanpa berpikir perbedaan yang ada pada
mereka. Perbedaan suku, agama dan ras bukan menjadi penghalang untuk hidup
bersosial. Hidup penuh toleransi dan rasa saling menghargai menjadi kunci
keharmonisan.
Kita
seperti melihat Indonesia mini ada di kompleks asrama yang sudah cukup tua ini.
Indahnya melihat kemesraan putra-putri Aceh dan Papua di dalam satu tempat yang
mungkin belum pernah kita saksikan di manapun. Aceh berada di ujung barat,
Papua di ujung timur Indonesia, tapi semua serasa terasa dekat.
Mengutip
kata-kata Yopie di akhir pembicaraan kami kala itu “Kita semua sama, Orang Aceh
dan Papua sama bang,”
Ya,
kita sama teman, kita Indonesia.
=====
@RizkiZulfitri
Mahasiswa
Program Profesi Guru LPTK Unsyiah, juga tinggal di salah satu unit Askopma
Unsyiah.
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com