penulis memegang pelepah lontar yang dibakar sebagai penerangan |
Sudah bukan rahasia lagi Provinsi Nusa Tengggara Timur (NTT) harum dengan tradisi dan adat budayanya yang masih kental dan terjaga keasliannya. Terdiri dari gugusan pulau yang terkenal dengan sebutan Flobamora (Flores, Sumba, Timor, dan Alor), NTT kaya akan keanekaragaman tapi tampak selalu harmonis satu sama lain. Sangat jarang kita mendengar terjadinya perpecahan antar etnis, ras, maupun agama. NTT bisa menjadi role model bagi daerah lain di Indonesia bagaimana menjaga kerukunan antar masyarakat, hidup nyaman saling berdampingan.
Bicara tentang tradisi adat di NTT, terkhusus di kabupaten Lembata -tempat tugas penulis- ada banyak tradisi adat yang unik dan menarik. Salah satu yang sudah populer dan go International adalah tradisi perburuan ikan paus di Lamalera yang sudah berlangsung turun temurun. Penulis sendiri telah melihat langsung saat ikan paus di "sembelih" oleh para nelayan di pinggiran pantai Lamalera pada bulan Februari lalu. Baca: Tradisi Perburuan Ikan Paus di Lamalera
Tak kalah dengan di Lamalera, Desa Mingar Pasir Putih di kecamatan Nagawutung juga terdapat prosesi adat yang juga menarik dan tentunya unik. Tradisi ini lebih dikenal dengan penangkapan ikan nale, menarik karena ikan nale yang biasa disebut masyarakat tersebut bukanlah jenis ikan melainkan sejenis cacing laut atau plankton yang merupakan makanan ikan. Pada siklus tertentu Nale tersebut bermigrasi dan terdampar di sepanjang pantai pasir putih desa Mingar dan sekitarnya. tetua adat dan masyarakat Mingar percaya, nale ini tiap tahunnya akan tampak pada sekitaran bulan Februari atau Maret.
tampak cacing nale hasil tangkapan warga |
Baru-baru ini penulis berkesempatan menghadiri prosesi penangkapan nale, mendapatkan info dari Kepala Sekolah penulis memutuskan untuk pergi menuju desa Mingar bersama teman satu penempatan dan beberapa dewan guru yang juga penasaran dengan nale tersebut. Menjelang sore kami bergerak, Perjalananan panjang melelahkan menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam dari tempat tugas penulis yang juga di Kecamatan Nagawutung. Kondisi jalan yang super parah membuat perjalanan terasa lama dan sesekali membuat jengkel.
Sesampainya di Mingar hari sudah gelap, sebagai informasi Mingar merupakan desa yang belum tersentuh oleh listrik dan tanpa jaringan komunikasi. Masyarakat Mingar sangat ramah, kami di tawarkan untuk memarkirkan kendaraan di rumah-rumah penduduk. Rupanya kami sedikit terlambat karena sebelum prosesi penangkapan nale di pantai pasir putih, pada sorenya ada ritual adat di rumah adat desa Mingar untuk memberkahi pelaksanaan prosesi penangkapan nale nantinya.
Tapi itu bukan masalah besar, prosesi intinya baru akan dimulai. Dalam suasana gelap gulita masyarakat dan wisatawan lokal berduyun-duyun menuju pantai pasir putih Mingar, tampak suasana pantai sudah ramai dan diterangi oleh kayu-kayu yang dibakar. Masyarakat lokal membawa peralatan-peralatan sederhana seperti anyaman untuk mengisi nale dan pelepah pohon lontar kering yang nantinya dibakar sebagai penerangan.
Salah seorang tetua adat berdiri sambil meneriakkan "Uli Kere" |
Tidak lama menunggu, acara pun dimulai. Ditandai dengan dibakarnya pelepah lontar oleh orang yang dituakan dalam adat, ratusan orang yang sudah hadir langsung tumpah ruah menuju bibir pantai. Di sana nale-nale sudah pasrah untuk ditangkap dan dimasukkan ke dalam anyaman. Jumlah nale yang luar biasa banyak seakan tidak ada habis-habisnya.
"Ulii Keree..."
"Ulii Keree..."
"Ulii Keree..." teriak masyarakat dengan kompak.
Tampak masyarakat berdiri untuk beristirahat sejenak |
Seruan "Uli Kere" dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang bermakna Masuklah ke kampung yang lapar. Mungkin hanya sekedar seruan penambah semangat agar masyarakat terus menangkap nale sebanyak-banyaknya.
Tampak keharmonisan antar masyarakat |
Begitu unik dan menariknya prosesi penangkapan nale ini, layak untuk anda kunjungi bersama teman maupun keluarga. Merasakan hangatnya membaur sesama manusia ciptaan Tuhan yang mungkin tidak akan anda temui di Kota.
Sekian
***
Rizki Zulfitri, S.Pd
Guru SM-3T asal Aceh
Tidak ada komentar on "Tradisi Penangkapan Ikan Nale (Cacing Laut) Masyarakat Mingar Kabupaten Lembata"