Sumber foto: lamalerakoteklema.blogspot.com |
Etnis
Lamaholot dikenal sebagai etnis yang sangat kental akan adat dan budayanya.
Etnis ini mendiami Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau
Lembata dan Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Etnis ini sangat
menjunjung tinggi kearifan lokal, jangan heran masih banyak prosesi atau ritual
adat yang masih dilakukan hingga kini, termasuk persoalan pernikahan.
Saya
pernah berkesempatan menginjakkan kaki di tanah Lembata, salah satu daerah yang
banyak didiami penduduk etnis Lamaholot. Tepatnya tahun lalu, saya menjadi salah
seorang pendidik di daerah pedalaman Lembata. Selama satu tahun di sana saya
terkesima dengan begitu taatnya penduduk
terhadap adat yang berlaku. Hal yang mungkin langka terjadi di kawasan
Indonesia lainnya.
Di sana hukum adat menjadi panglima. Banyak orang tidak berani mencuri karenatakut dengan sanksi adat. Saya sendiri tenang-tenang saja memarkirkan kendaraan pribadi di luar rumah karena aman dari pencuri. Bila terjadi kasus asusila ataupun kriminal, biasanya Polisi berkonsultasi dengan pemangku adat sebelum mengambil tindakan.
Di sana hukum adat menjadi panglima. Banyak orang tidak berani mencuri karenatakut dengan sanksi adat. Saya sendiri tenang-tenang saja memarkirkan kendaraan pribadi di luar rumah karena aman dari pencuri. Bila terjadi kasus asusila ataupun kriminal, biasanya Polisi berkonsultasi dengan pemangku adat sebelum mengambil tindakan.
Hubungan
antar umat beragama juga sangat harmonis. Tak pernah terdengar gesekan, bayangkan
dalam satu rumah adat terdiri dari pemeluk agama Katolik dan Islam. Dalam satu
keluarga juga ada yang beragama Islam dan ada yang Katolik. Hebatnya lagi, saat
pesta jamuan makan di rumah orang Katolik, dapur dan tempat makan antara
Katolik dan orang Islam dipisahkan untuk menjaga kehalalan makanan.
Kembali
ke persoalan gading. Mahar atau yang biasa orang Lamaholot biasa sebut belis, menjadi simbol strata sosial. Keluarga
calon mempelai wanita berhak menuntut gading berkualitas kepada keluarga calon
mempelai pria. Semakin tinggi derajat keluarga pihak wanita semakin mahal pula
belis yang diminta. Panjang, kondisi, jumlah belis ditentukan lewat “rapat” kedua
keluargadan belis yang di bawa tak boleh kurang dari tuntutan keluarga mempelai
wanita.
Utang
piutang belis diperbolehkan dalam suku ini. Maksudnya jika saat pernikahan
belis belum tersedia, pernikahan tetap bisa dilangsungkan tapi dengan catatan
belis tadi menjadi utang antara pihak lelaki kepada pihak wanita. Pihak lelaki
tetap berkewajiban membayar belis, bila tak mampu membayarnya utang piutang
gading berlangsung turun temurun. Jika ayah belum melunasi belis, utang akan
dibebankan kepada anak, cucu, cicit dan seterusnya.
Di
Aceh -- tanah kelahiran saya –, proses pernikahan relatif mudah. Dalam adat Aceh juga mengenal mahar. Mahar
dalam adat Aceh berupa emas murni yang merupakan simbol kehormatan dan gengsi
keluarga. Nilai maharnya bervariasi anatara 5-20 mayam emas, tergantung
kedudukan sosial pihak perempuan dan laki-laki. Mahar berupa emas tergolong
mudah, cukup sediakan uang untuk membeli emas yang tersedia di toko-toko emas.
Beres!
Menikah dengan gadis Jawa malah lebih gampang.
Punya pasangan, dapat restu orang tua, langsung menentukan tanggal pernikahan,
lalu tinggal menunggu akad (atau pemberkatan di gereja bagi yang Nasrani) maka
sah menjadi suami istri. Tak ada “tetek bengek” penentuan mahar yang
berlarut-larut, paling-paling dengan uang tunai atau seperangkat alat Shalat.
Untuk
urusan kawin-mawin dalam etnis Lamaholot ini memang terdengar aneh, rumit,
unik. Bayangkan menikah saja harus punya gading. Padahal di daerah mereka
tinggal tak pernah kita temui seekor gajah pun. Ya, daerahnya yang kering
kerontang nan gersang membuat gajah sejak jaman baholak tidak mampu hidup di
sana.
Lalu
bagaimana mereka mendapatkan gading? Konon dari sumber yang saya dapat,
gading-gading tersebut berasal dari
penduduk Lamaholot yang pergi merantau ke Jawa dan Malaysia. Harganya
juga fantastis, saat ini ditaksir harga sebuah gading gajah bervariasi antara
Rp 13 juta-Rp 100 juta per batang.
Begitu
berat perjuangan mendapatkan sebuah gading. Hal ini mungkin melambangkan berapa
tinggi derajat kaum wanita dalam
pandangan etnis Lamaholot. Jadi tak semudah itu memperistri seorang
gadis Lamaholot. Kesepakatan yang dicapai dalam urusan belis menjadi tanda
penghargaan dan penghormatan terhadap wanita dan keluarganya. Urusan belis
bukannya tanpa kontra, kini banyak suara dari kaum muda Lamaholot yang ingin
urusan belis ini disederhanakan. Isu-isu lingkungan juga disuarakan untuk
menjaga populasi gajah yang semakin langka.
Karena
keunikannya lah etnis Lamaholot begitu meninggalkan kesan bagi saya. Keunikan
yang tak ada duanya. Apapun bentuknya kita tetap harus menghargai segala kearifan
lokal etnis Lamaholot. Sebuah warisan budaya yang patut kita jaga dan pelihara
sebagai salah satu wujud kekayaan Bangsa.
=====
@RizkiZulfitri
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com