Bukankah cinta tidak mengenal tempat dan waktu, terkesan berlebihan memang. Ayah lah orang pertama yang mengenalkan penulis yang saat itu masih seorang bocah lugu berumur 10 tahun dengan tabloid pelopor media massa bertema olahraga di Indonesia tersebut, tanpa sadar ayah telah membawa anak laki-lakinya ini ke berbagai penjelajahan yang di hadirkan BOLA.
Awalnya penulis tidak mengetahui bahwa BOLA merupakan jenis tabloid yang hadir dwi mingguan, keterbatasan pengetahuan seorang bocah telah menganggap tabloid yang identik dengan warna merah tersebut adalah koran. Lama menyebut dengan sebutan "koran", sampai di masa SMA penulis baru bisa membedakan yang mana yang disebut koran dan yang mana tabloid.
Masih terekam dalam memori, BOLA edisi tahun 1999 dengan cover pemain Chelsea, Tore Andre Flo -jika tidak salah- yang menjadikan perseteruan Chelsea dan Barcelona di Liga Champion babak penyisihan grup musim 1999-2000 saat itu sebagai berita utama. Sebuah edisi perkenalan yang manis, penulis seakan larut dalam halaman demi halaman!
Si Gundul |
Ian Situmorang, Weshley Hutagalung, Arief Natakusumah, Arief Kurniawan adalah beberapa kolomnis favorit penulis. Tak hanya melaporkan informasi dengan cepat dan seakurat mungkin tetapi turut mengkritisi dengan menyumbang ide dan gagasannya dalam tulisan-tulisannya guna kemajuan olahraga nasional.
Siapa sangka tabloid yang awalnya hanya sisipan harian Kompas ini telah menjelma menjadi tabloid bertema olahraga terbesar di Indonesia. Sering mengirim langsung wartawan-wartawannya ke berbagai event besar olahraga dunia dan berpengalaman meliput langsung 7 gelaran Piala Dunia FIFA membuat tidak ada yang ragu dengan kapasitas BOLA.
Sesuai dengan jargon BOLA “Membawa Anda ke Arena” atau yang kini sudah di English-kan menjadi “Take You to Arena”, kita akan dimanjakan dengan liputan-liputan ekslusifnya yang sepertinya kita sedang berada di arena itu sendiri. Kini dengan hadir tiga kali seminggu rasanya tidak ada event olahraga yang lepas dari pemberitaan BOLA.
Kemajuan teknologi berbasis online telah mempengaruhi bisnis media massa untuk menghadirkan situs media berbasis digital (online) yang dapat diakses kapan saja. Pendiri Microsoft, Bill Gates pernah memprediksi pada tahun 2000 media cetak akan ditinggalkan dan berganti dengan media berbasis digital. Prediksi Bill Gates tadi keliru, namun Ia melaratnya, dengan menyatakan tahun 2050 semua media cetak akan beralih menjadi media berbasis digital.
Bukan BOLA namanya jikalau tidak berani berinovasi, Lewat web resminya www.bolanews.com yang diluncurkan pada tahun 1997 lalu BOLA seperti selalu ingin lebih dekat dengan pembacanya. Dengan nuansa digital pembaca dimanjakan dengan tampilan yang dinamis dan fullcolour, akan tetapi yang lebih penting adalah rasa haus informasi pembaca akan tersalurkan dengan informasi yang lebih cepat tanpa menunggu BOLA naik cetak terlebih dahulu.
Tak terasa 14 tahun sudah menjadi bagian dari keluarga besar BOLA, mengikuti edisi tiap edisi, rubrik demi rubrik, kolom demi kolom tanpa sadar berpengaruh besar terhadap pengetahuan dan sudut pandang penulis dalam menikmati olahraga dan sepakbola itu sendiri. Ada kenikmatan tersendiri saat "melahap" tiap huruf di tabloid ini.
BOLA menjadi saksi wujud transformasi penulis, dari seorang bocah lugu, remaja yang ingin serba tahu, mahasiswa yang selalu up to date hingga seorang guru yang gak ingin ketinggalan zaman. Juga dari sosok bocah yang bercita-cita menjadi pesepakbola profesional namun agak berbelok ingin menjadi seorang pengamat sepakbola terkenal layaknya Kolomnis BOLA. Ya, BOLA memang begitu menginspirasi anak bangsa!
Kini sebagai seorang Guru Pendidikan Jasmani penulis dituntut mengikuti perkembangan olahraga yang begitu dinamis dan untuk memenuhi itu semua BOLA lah jawabannya.
Bravo BOLA
*****
~Rizki Zulfitri, S.Pd
Guru Penjaskes Peserta SM-3T Dikti
Tidak ada komentar on "Larut dalam BOLA (Kisah Pembaca Setia Tabloid BOLA)"