Terletak di wilayah paling timur pulau Flores, Kota Reinha Rosari atau yang lebih dikenal dengan nama Larantuka merupakan pusat pemerintahan kabupaten Flores Timur. Untuk menuju daerah tersebut, penulis yang berada di kabupaten Lembata (penempatan tugas SM-3T) harus menggunakan kapal motor penyeberangan antar pulau yang dapat ditempuh dalam waktu tiga jam perjalanan laut.
Reinha Rosari banyak tersimpan sejarah, pengaruh kolonial Portugis yang sudah menguasai kawasan ini pada Abad XVI sangat kental. Warisan Portugis yang sampai terasa saat ini adalah agama Katolik dan tradisinya yang dianut penduduk asli Reinha Rosari. Bisa dikatakan Reinha Rosari adalah salah satu tempat di mana agama Katolik berkembang di Indonesia.
Ada ungkapan Larantuka adalah serambinya Roma. Melihat fakta sejarah bahwa Larantuka merupakan tempat di mana Agama Katolik yang berpusat di Vatikan-Roma masuk di tanah air lewat misionaris asal Portugis pada abad ke XVI. Ungkapan itu cukup masuk akal bila kita mau menelusuri masih adanya gedung-gedung peninggalan Portugis seperti Gereja Katedral di pusat kota Larantuka. Gereja yang sangat megah berarsitekturkan Eropa kuno, sekilas kita seakan sedang berada di kota Roma.
Semana Santa
Setiap tahun, sekitar seminggu menjelang Paskah, kota Reinha Rosari dengan khidmat merayakan Minggu Suci yang dikenal sebagai Semana Santa. Merupakan Prosesi puncak pada hari Jumat Agung atau Sesta Vera. Pusat perayaan diadakan di dua patung suci, yaitu patung Yesus Kristus (secara lokal dinamai Tuan Ana) dan patung Perawan Maria (secara lokal dinamai Tuan Ma). Kedua patung tersebut dibawa oleh misionaris Portugis Gaspardo Espírito Santo dan Agostinhode Madalena pada abad XVI. Patung-patung ini hanya ditampilkan kepada publik setiap hari Paskah.
Kapal Motor penyeberangan antar pulau Larantuka-Lewoleba |
Kapal penuh sesak oleh peziarah maupun wisatawan lokal yang ingin mengabadikan momen perayaan tahunan tersebut. Konon beberapa tahun silam pemerintah kabupaten Lembata menggratiskan biaya kapal pulang-pergi khusus pada hari puncak Semana Santa. Sebagai informasi Lembata atau pulau Lomblem dahulunya merupakan bagian dari pemerintahan kabupaten Flores Timur, namun pada tahun 1998 Lembata memekarkan diri menjadi kabupaten otonomi sendiri.
Kembali ke Semanta Santa, Prosesi puncak Semana Santa diawali dengan Jumat Agung. Ibadah ini didahului dengan prosesi Bahari di mana Patung Yesus yang sudah wafat yang ada dalam peti jenasah diantar dari Kapela Tuan Meninu (Tuhan Meninu) Kota Rowido, Kelurahan Sarotari Tengah menuju ke Pelabuhan Cure didepan Kapela Tuan Ma (Kapela Patung Bunda Maria) dan Tuan Ana (Patung Tuhan Yesus).
Dari Dermaga Rowido, di depan Kapela sudah disediakan Perahu untuk mengantarkan Patung Yesus yang ada dalam peti jenazah dan diarak dengan menggunakan 100 perahu dan kapal motor di Kota Larantuka dan dari Pulau Lembata. Ribuan umat Katolik dan para peziarah memadati kapal-kapal dan perahu untuk mengantarkan Patung Yesus.
tampak arak-arakan perahu nelayan masyarakat membawa patung Tuan Ana dan Tuan Ma |
Siang harinya dilanjutkan arak-arakan Tuan Ma dan
Tuan Ana menuju Gereja Katedral. Ribuan peziarah baik lokal maupun dari mancanegara memenuhi badan jalan dan berjalan sambil menyanyikan puji-pujian kepada Yesus dan Bunda Maria. Uniknya peziarah diwajibkan menggunakan pakaian serba hitam, pakaian serba hitam itu sendiri melambangkan kesedihan umat manusia atas pengorbanan Yesus Kristus.
tampak arak-arakan patung Tuan Ma (Bunda Maria) |
Pada malam hari peziarah berkumpul di depan gereja Katedral, Dari titik inilah prosesi Sesta Vera dengan jutaan
lilin dimulai. Selama malam Jumat Agung, lilin dinyalakan sepanjang 2 km di
jalan dan di depan rumah penduduk yang dilalui prosesi. Prosesi Sesta Veraini berakhir hingga pukul 02.00 Wita dinihari.
arak-arakan lilin Prosesi Sesta Vera |
Prosesi yang sudah berumur lima Abad ini menarik banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Nilai sejarah dan budaya yang terkandung menjadi daya tarik tersendiri. Satu hal yang tidak bisa ditepikan adalah nilai religius akan kedekatan peziarah dengan Sang Pencipta.(erzet)
Note: Penulis adalah seorang muslim
sejati, kehadiran penulis dalam prosesi ini semata-mata untuk mengisi liburan, dokumentasi pribadi dan menambah wawasan kenusantaraan.
*****
Rizki Zulfitri, S.Pd
Guru SM-3T Aceh
Alumni FKIP Penjaskesrek Universitas Syiah Kuala
Tidak ada komentar on "Prosesi Semana Santa di Kota Reinha Rosari (Larantuka)"