Foto: Dok. Pribadi |
Lebih
enam tahun lamanya pergi merantau demi menuntut ilmu, membuatku kehilangan
banyak momen bersama teman-teman masa
kecilku dulu. Semuanya sudah banyak berubah, tak lagi seperti dulu. Tak ada
canda tawa lepas tanpa beban khas anak-anak
SMA. Semuanya kini lebih serius, lebih dewasa. Topik pembicaraan kini didominasi
tentang pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang menurutku kaku.
Mungkin
satu hal yang tak berubah, apa yang mereka pikir tentangku. Dua minggu yang lalu, tak sengaja bertemu seorang teman yang
sudah lima tahun lamanya tidak bersua. Namanya Arief, Ia temanku saat masih
sama-sama berlatih di SSB di kotaku. Setelah saling berjabat tangan dan
menanyakan kabar, lalu Ia kembali mulai membuka percakapan lewat pertanyaan,
“Main
di (klub) mana sekarang?” tanyanya.
“Gak
ada,” jawabku singkat.
“Kenapa?
Gak main bola lagi?” tanyanya dengan serius.
Aku
terdiam sejenak, lalu menjawab pelan “Aku masih pendidikan,”
***
Entah
tak terhitung lagi ku dapati pertanyaan-pertanyaan serupa. Pertanyaan yang
terkadang membuatku bosan, jenuh, jengah, jemu saat mendengarnya. Tapi aku
mencoba untuk tetap tegar menjawabnya. Paling tidak untuk menjawab rasa penasaran
mereka.
Ya,
mereka memang pantas bertanya-tanya. Mereka teman kecilku yang ingin tahu
tentangku sekarang. Tapi kenapa bola menjadi hal paling ingin mereka tahu?
Kenapa mereka tidak bertanya tentang pendidikan sekarang, atau mungkin hal-hal lain yang menurutku penting.
Sepak
bola adalah hal yang mungkin tak bisa lepas dariku. Mereka
hanya tahu bahwa aku yang mereka kenal
dahulunya adalah seorang bocah yang begitu tergila-gila dengan sepak bola.
Mereka ingat betul cita-citaku dulu: ingin menjadi pemain sepak bola profesional.
Tapi
jalan hidup siapa yang tahu. Mungkin aku belum mengatakan bahwa aku telah
berhenti bermain bola. Tapi aku juga tidak berkata bahwa aku akan berhenti
mengejar mimpi masa kecilku itu. Terdengar klise, tapi inilah kenyataannya.
Mereka
di luar sana tak pernah tahu keadaanku yang selalu berada di persimpangan jalan.
Di satu jalan, aku ingin terus mengejar apa yang sedari kecil aku impikan,
terus bermain bola dan menjadi pemain profesional. Tapi di satu jalan lainnya,
aku ingin merajut masa depan lewat hal yang tak kalah penting: pendidikan.
Orang-orang
di sekeliling berkata sekarang adalah saat yang paling tepat meraih hal yang ku
impi-impikan dulu. Usiaku kini 24 tahun, aku sedang berada di golden age-nya seorang pebola. Ini saat
yang tepat untuk meraih prestasi tertinggi. Tapi aku merasa telah kehilangan
momentum, Saat mengejar titel sarjana, lima tahun lamanya aku “melawan” konflik
antara sepak bola dan pendidikan. Konflik itu semakin panjang dan alot setelah
aku memutuskan mengikat kontrak dengan pemerintah demi mendapat sertifikat
profesi.
Seorang
bijak bernama Nora Roberts pernah berkata,“Jika
kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan pernah
memilikinya. Jika kamu tidak bertanya, maka jawabannya adalah tidak. Jika kamu
tidak mengambil langkah maju, maka kamu selalu berada di tempat yang sama,”
Dan
kini aku telah memilih jalanku. Aku akan mengambil langkah maju. Jika suatu
saat aku mendapat kesempatan bermain di klub profesional, sedangkan disaat
bersamaan aku mendapat beasiswa melanjutkan studi S2, maka aku akan lebih memilih
melanjutkan studi. Ya, aku pilih pendidikan. That’s my way!
Pendidikan
yang akan membuat masa depanku menjadi lebih cerah. Menjadi seorang terdidik yang
bermanfaat untuk orang lain. Menjadi
seorang berilmu yang senantiasa menebar kebajikan kemanapun aku berada. Menjadi
seorang cerdas yang mampu membuka pintu rezeki untuk hidup.
Terkadang
memang muncul rasa iri melihat teman-teman seangkatanku yang sudah terjun di
dunia profesional. Mereka telah menjadi pemain dengan label pro dan dikenal
banyak orang. Aku merasa yakin aku juga mampu seperti mereka. Tapi aku harus
tetap sadar, aku tak terlahir di negara yang ramah dengan pesepakbola. Masih
banyak kudapati teman-temanku yang gajinya tertunggak berbulan-bulan. Hidup dikejar-kejar
utang hanya untuk bertahan hidup. Bagiku itu tidak fair, seorang pemain sepak
bola mengeluarkan begitu banyak keringat bahkan darah, tapi haknya tak
terpenuhi.
Bagiku
kini, cinta pada sepak bola bukan hanya dengan menjadi pemain bola profesional.
Namun wujud cinta itu juga bisa lewat menjadi pelatih, Pembina, pengamat dan
pakar sepak bola itu sendiri. Aku (bukan) pemain bola profesional tapi aku akan
selalu cinta sepak bola.
=====
@RizkiZulfitri
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com