puncak gunung Kelimutu (Dok. Pri) |
Pulau Flores memang begitu mempesona, tak salah apabila S.M. Cabot, seorang Portugis yang pertama kali menginvasi daerah tersebut pada empat abad yang lalu, memberikan nama dengan bahasa Portugis “Cabo des Flores” yang berarti “Tanjung Bunga”. Kenapa bunga? apalagi kalau bukan karena ketakjuban mereka atas keindahan pulau Flores.
Salah satu sudut
Flores yang membuat kita seakan-akan tengah berada di “Surga” adalah Danau Tiga
Warna Kelimutu. Suatu keindahan yang luar biasa berupa fenomena alam yang tidak
ada duanya di muka bumi, yakni Tiga Danau Kawah yang bisa berubah-ubah warna
dengan sendirinya. Keajaiban alam yang dibangun oleh aktivitas geologi gunung
Kelimutu, yakni gunung api aktif setinggi 1.690 m di atas permukaan laut.
Langkah - Rejeki - Pertemuan - Maut,
jalan hidup siapa yang tahu. Dahulu, gambar Danau Tiga Warna Kelimutu hanya
bisa dilihat di pecahan uang kertas, di televisi ataupun media cetak seperti
surat kabar, majalah dan kalender. Bak mimpi, keinginan untuk melihat langsung
danau yang telah melegenda itu akhirnya terwujud. Belum lama ini (12/07/2013), dalam
suasana bulan suci Ramadhan, penulis berkesempatan mengunjungi danau yang
menjadi salah satu ikon pariwista provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut. Danau Tiga Warna Kelimutu terletak 60 km dari kota Ende (Ibukota Kabupaten Ende-Flores). Penulis sendiri melakukan perjalanan menuju Kelimutu dari Kota Lewoleba --pusat pemerintahan Kabupaten Lembata-- yang dahulunya bagian dari kabupaten Flores Timur (Flotim), tapi telah memekarkan diri pada tahun 1999 lalu. Penulis dan beberapa orang teman sendiri adalah putra-putri Aceh yang sedang bertugas sebagai Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) di kabupaten Lembata.
Singkat
cerita, tibalah kami di gerbang Taman Nasional Kelimutu (TNK). Tepat di pintu
gerbang ada pemberitahuan dari pihak pengelola TNK, yang isinya melarang
pengunjung untuk masuk ke dalam kawasan Danau Kelimutu. Terhitung mulai Kamis, 6
Juni 2013 kunjungan ke Danau Kelimutu ditutup sementara bagi wisawatan asing
dan lokal. Pasalnya, kondisi Gunung Kelimutu saat ini berstatus waspada
menyusul peningkatan aktivitas vulkanalogi di gunung itu pada 4 Juni 2013
sekitar pukul 14.00 Wita.
berpose di depan poster Taman Nasional Kelimutu (Dok. Pribadi) |
Tapi kami tidak kehilangan akal, setelah melapor ke pengelola TNK, kami
diperbolehkan masuk ke dalam kawasan Danau Kelimutu dengan syarat harus
didampingi oleh guide lokal yang
sudah menunggu di depan gerbang. Setelah bernegosiasi perihal biaya yang harus dikeluarkan
kami pun berjalan kaki menuju puncak Kelimutu.
Perjalanan beresiko sebenarnya, mengingat bau belerang kapan saja bisa keluar dari kawah-kawah Kelimutu. Apalagi tampak beberapa tumbuhan di dalam Taman Nasional yang diresmikan pada Oktober tahun 1997 lalu itu, menguning dan sebagian telah mati. Usut punya usut matinya tumbuh-tumbuhan karena aktivitas kawah yang mengeluarkan belerang beberapa waktu lalu.
Tak ada kendaraan bermotor yang diizinkan masuk, semua pengunjung mau tidak mau dan sanggup tidak sanggup harus berjalan kaki melewati jalan yang mendaki sejauh 5 km. Sesekali kami beristirahat di badan jalan karena kelelahan, maklum kondisi tubuh yang sedang berpuasa membuat kami harus berhemat tenaga. Tapi rasa penasaran yang tinggi mampu mengalahkan rasa lelah. Bagi kami, berkunjung ke Kelimutu adalah mimpi yang menjadi nyata. “Kalau bukan sekarang kapan lagi?” ucap seorang teman, bermaksud memompa semangat teman lainnya.
Penulis berlatarkan Tiwu Ata Polo (Dok. Pribadi) |
Terlepas dari kesan mistis dan kepercayaan masyarakat adat sekitar Kelimutu yang menganggap Danau Tiga Warna Kelimutu sebagai tempat peristirahatan roh-roh yang telah meninggal, Kelimutu tetaplah primadona pariwisata di Indonesia.
Keindahan dan keunikannya yang hanya satu-satunya dunia, membekas di hati para pengunjungnya. Ribuan orang dari berbagai belahan dunia tiap tahunnya berkunjung ke
Kelimutu "hanya" demi menikmati keindahan yang cuma ada di Indonesia, kita harus bangga!
Teman, perjalanan ini membuat ku sadar akan begitu kayanya negara ini, Teman, kita harus bangga jadi orang Indonesia, banyak yang bisa dibanggakan dari negeri ini. Begitu banyak negara luar yang iri dengan apa yang kita miliki. Teman, tahu kah kau...aku makin cinta Indonesia!
*****
Rizki Zulfitri
Tidak ada komentar on "My Journey: Menikmati "Surga" di Puncak Kelimutu"