Mesut Ozil (sumber foto: AIFC) |
Tak ada yang
menyangka gelandang berusia 24 tahun ini akan meninggalkan -- tepatnya dilepas
-- Real Madrid, mengingat track record
yang cukup baik selama tiga musim bermain di Santiago Barnabeu. Ozil menjadi
bagian penting klub kebangggan Ibukota tersebut dalam meraih gelar juara Liga
Spanyol musim 2011-2012.
Yang membuat
orang tak habis pikir, alih-alih memilih pindah ke klub besar nan kaya raya yang
menjanjikan gaji besar dan gelar juara. Kenapa Arsenal?
Banyak pengamat
yang beranggapan kepindahan Ozil ke Arsenal sebagai langkah mundur bagi karier
pemain berdarah Turki tersebut. Arsenal yang tidak pernah memenangi gelar mayor
apapun selama delapan tahun, dianggap bukanlah klub yang cocok bagi Ozil untuk meraih
puncak kariernya sebagai pesepakbola.
Tapi Ozil punya
jawaban sendiri tentang kepindahannya ke Arsenal, jawabannya sederhana: kepercayaan. Simak kutipan komentar
Ozil seputar kepindahannya ke Arsenal yang dilansir ESPN. "Ketika itu, aku sempat yakin aku akan bertahan di Real Madrid,Aku
lantas sadar bahwa pelatih (Carlo Ancelotti) dan orang-orang yang bertanggung
jawab tidak lagi mempercayaiku, Padahal
aku adalah pemain yang butuh dipercaya dan aku merasakan hal itu di Arsenal.
Itulah mengapa aku memutuskan pindah." ujar Ozil.
Begitu
pentingnya sebuah kepercayaan bagi Si
Burung Hantu -- jukukan Ozil –
hingga memutuskan terbang ke London. Tanpa sebuah kepercayaan dari semua elemen
tim (manajemen, pelatih, rekan sesama pemain dan fans) sulit baginya menunjukkan
kemampuan terbaiknya.
Ozil adalah
pesepakbola muda yang secara kualitas telah matang melebihi usianya. Ia adalah
produk dari sebuah kepercayaan. Siapa yang tidak ingat momen Piala Dunia (PD)
2010 di Afrika Selatan lalu. Saat itu nama Ozil belumlah dikenal publik
sepakbola, namun mantan pemain Werder Bremen itu sudah digadang-gadang sebagai
salah satu pemain muda terbaik Jerman.
Tapi bukan mudah
baginya menjadi pemain utama di tim bertabur bintang asuhan Joachim Loew itu. Cederanya
Michael Ballack menjelang turnamen menjadi “berkah” baginya. Joachim Loew pun memberikan
kepercayaan penuh bagi Ozil menjadi pengatur serangan Der Panzer sepanjang turnamen.
Bak gayung bersambut, Ozil membayar kepercayaan Sang Pelatih dengan
menampilkan performa apik, assist-assist -nya
membantu tim Jerman melangkah hingga final.
Selepas hajatan
PD 2010 Ozil menjadi pemain paling diincar klub-klub top Eropa. Namun Real
Madrid lah yang menjadi pelabuhan Ozil. Siapa sangka Ozil akan mampu menjadi
pemain utama skuad penuh bintang berjuluk
Los Galacticos tersebut.Jawabannya lagi-lagi adalah
kepercayaan!
Membuat 47
assist selama tiga musim berada di Santiago Barnabeu, jumlah yang cuma bisa
disamai oleh Lionel Messi. Jose Maurinho, pelatih yang membawa Ozil ke Madrid
pun terang-terangan mengakui dirinya sebagai fans Ozil dan tak ada yang perlu
diragukan dari kualitas pria Jerman tersebut. "Dia adalah unik tidak ada salinan dari dirinya -... Bahkan yang
buruk Dia adalah yang terbaik No 10 di dunia, Semua orang mencintai dia dan
saya melihat Ozil mempunyai kemiripan dengan Luis Figo dan Zinedine Zidane
dalam dirinya," ujar Mourinho.
***
Sejatinya
kepercayaan adalah sesuatu yang sukar didapat, perlu waktu untuk membuktikan
bahwa kita layak dipercaya sepenuhnya (terpercaya). Proses membuat orang lain
yakin dan percaya itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada kalanya
kepercayaaan yang sudah didapat luntur begitu saja karena sebuah kesalahan
fatal.
Bila kita
kaitkan dengan sepakbola, rasa percaya itu mutlak harus didapatkan seorang
pemain. Tanpa kepercayaan, sulit untuk seorang pemain menikmati permainannya.
Parahnya lagi pemain yang notabene kurang dipercaya akan kehilangan percaya
diri, kemampuannya tidak keluar secara
maksimal. Frustasi di bench, tak
betah dan akhirnya pindah.
Pelatih secara
teknis adalah orang yang paling bertanggungjawab menentukan pemain mana yang
layak mengisi skuad utama. Beda pelatih tentu beda juga strategi, beda filosofi
bermain dan beda sudut pandang dalam menilai kemampuan seorang pemain. Semua
pemain selayaknya menghormati itu.
Madrid-nya Mou
dan Madrid-nya Don Carlo sudah barang tentu berbeda. Era Mourinho, Ozil adalah
sosok No. 10 yang seakan tak tergantikan, tapi Ancelotti lebih sreg dengan talenta yang baru didatagkan
Madrid, Isco.
Semua pemain
wajib menunjukkan permainan terbaiknya dalam setiap kesempatan. Sudah hukumnya
selalu ada persaingan antar pemain dan itu positif bagi tim.
Tapi pelatih
tetaplah seorang manusia biasa, ada kadar emosional berbeda antara pemain yang
satu dengan pemain lainnya. Muncul istilah “anak emas”, hal ini terkadang
memunculkan kecemburuan yang mendekatkan tim dengan kehancuran.
Tapi kepercayaan
bukan hanya datang dari faktor seorang pelatih, Masih ingat kasus yang menimpa penyerang
Jerman, Mario Gomez yang mendapat cemoohan dari fans Jerman sendiri pada laga persahabatan
melawan Paraguay Agustus lalu.
Para fans Der Panzer belum bisa melupakan “aib”
Gomez pada Euro 2008 silam, Jerman hanya menang 1-0 pada laga penyisihan grup melawan
Austria, padahal penyerang berdarah Spanyol ini mempunyai banyak peluang bersih
untuk menambah gol. Bak kata pepatah, “karena nila setitik, rusak susu
belanga”. Momen lima tahun silam itu menjadi sejarah kelam bagi pemain
Fiorentina tersebut.
Kepercayaaan
dari semua elemen tim adalah hal terpenting bagi perkembangan seorang pemain.
Bila kepercayaan itu tak didapat, salah satu jalannya adalah mencari kepercayaan
di tempat lain. Tapi bila kepercayaan itu telah di dapat maka jagalah Ia,
jangan sekali-sekali sebarkan “nila”.
=====
Oleh: Rizki
Zulfitri
Twitter:
@RizkiZulfitri
Tidak ada komentar on "Ozil dan Pentingnya Sebuah Kepercayaan"