Rindu Tapi Tak Ingin Segera Pulang


Aku rindu kampung halaman, tapi aku tak ingin segera pulang. Aku sedang menikmati apa yang ku punya di sini, pekerjaan, keluarga baru, lingkungan, teman, dan masih banyak hal-hal baru yang sedang ku nikmati.

Aku merasa berarti di sini, kehadiranku selalu ditunggu-tunggu oleh siswaku. Senyum dan tawa mereka jadi kepuasan sendiri bagiku. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Tak perduli perbedaan diantara kita, toh pada dasarnya semua manusia punya hak mengenyam pendidikan.

Setelah melewati masa adaptasi yang cukup berat, saat awal-awal berada disini aku masih bertanya-tanya apakah aku mampu di sini? sekarang aku sendiri mampu menjawabnya, ya, aku mampu. Semua masalah dan kesulitan pasti ada solusinya, sekarang bagaimana kita menjadi sosok yang berani untuk menghadapinya bukan bersembunyi dan menghindar dari masalah.
 

Sekarang waktunya menikmati waktu demi waktu dan nantinya masa tugas pun berakhir tanpa terasa. Semuanya terasa indah sekarang, tak ada lagi keluh kesah. Aku sekarang merasa terlahir menjadi manusia tangguh yang mampu survive dengan segala keadaan.

Ibu, aku tahu Kau begitu merindukan anak laki-laki mu ini. Anak laki-laki satu-satunya yang kau lepas kepergiannya dengan penuh tangis. Aku tau Ibu ingin aku terus bermain bola, mengejar cita-citaku semasa kecil. Tapi keadaannya tidak seindah mimpi-mimpiku dulu ibu, aku tak melihat masa depan di sepakbola, aku tak mau menguras keringat tapi tidak menerima hak ku seutuhnya. Jangan khawatirkan aku ibu, setahun itu tidaklah lama, dengan segala doamu aku akan baik-baik saja disini.

Dari seorang yang bercita-cita menjadi pemain sepakbola profesional lalu merubah arah mengikuti program calon guru profesional. Tak ada yang menyangka dengan langkah yang ku ambil. Toh, sampai hari ini aku tidak menyesal sedikitpun.


Lembata, 31 Januari 2013

Tidak ada komentar on "Rindu Tapi Tak Ingin Segera Pulang"

Leave a Reply